Gunung Hawu terletak diantara dua kampung; kampung Pamucatan dengan kampung Cidadap. Namun secara administratif gunung ini berada di kawasan kampung Cidadap (RW 12/RT 2). Lebih tepatnya, gunung ini berada di kawasan Desa Padalarang, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat (Bukan Desa Cipatat seperti yang diklaim pengusaha tambang). Koordinat: 6°50'5.47"S; 107°27'37.03"T.
Gunung Hawu ini unik, karena membentuk gua (hawu) bila dilihat dari depan atau membentuk lubang bila dilihat dari atas. Adapun secara ilmiah gunung ini sering disebut-sebut memiliki lengkungan alam. Proses terbentuknya lengkungan alam di Gunung Hawu sangatlah unik dan menjadi perhatian ilmuan di bidang geologi. Malahan lengkungan alami yang ada di Gunung Hawu sering disetarakan dengan lengkungan alami yang ada di Amerika. Tepatnya disamakan dengan lengkungan alam yang ada di Virginia dan Utah. Besarnya dimensi lengkungan alam yang terdapat di Gunung Hawu, membuat ia disebut juga jembatan alam.
Adapun penamaan Hawu (bahasa Sunda yang berarti perapian yang membentuk lubang), berasal dari penduduk sekitar. Pasalnya penamaan Hawu hanya relevan saat kita melihat gunung ini dari arah perkampungan Cidadap. Hawu adalah tempat penduduk lokal memasak. Berbentuk lubang, lubangnya diisi kayu bakar, di atas lubang disematkan peralatan masak, seperti ;panci, katel dan lain-lain. Oleh karenanya penamaan Hawu hanya relevan jika kita melihatnya dari arah depan yaitu dari kampung Cidadap, tidak dari arah belakang/ kampung Pamucatan.
Berbeda dengan kini. Kini di bagian atas Gunung Hawu sudah dijadikan areal pertambangan, batu kapur (Karst) yang ada di situ dikeruk sejadi-jadinya. Wisatawan atau pengunjung, sekalipun penduduk lokal jadi ‘ogah-ogahan’ berkunjung ke situ. Selain pemandangannya sudah tidak elok lagi, areal pertambangan memang berbahaya. Sewaktu-waktu bisa jadi ada batu yang berguguran tak terkendali jatuh ke bawah, itu berbahaya bisa-bisa menimpa pengunjung.
Selain cara penambangannya yang sudah tidak sederhana lagi. Para pengusaha tambang, atas nama efisiensi dan efektifitas sudah meninggalkan cara-cara menambang batu secara tradisional. Cara-cara itu digantikan dengan cara yang lebih halus atau kasar, dengan massif dan teknik tinggi. Adakalanya pengusaha tambang menggunakan cara kasar yaitu dengan menanam dinamit kecil di dalam batu yang akan ditambang kemudian diledakan. Adakalanya menggunakan cara halus dengan cara menggergaji batu Karst yang ditambang.
Selain cara penambangannya yang sudah tidak sederhana lagi. Para pengusaha tambang, atas nama efisiensi dan efektifitas sudah meninggalkan cara-cara menambang batu secara tradisional. Cara-cara itu digantikan dengan cara yang lebih halus atau kasar, dengan massif dan teknik tinggi. Adakalanya pengusaha tambang menggunakan cara kasar yaitu dengan menanam dinamit kecil di dalam batu yang akan ditambang kemudian diledakan. Adakalanya menggunakan cara halus dengan cara menggergaji batu Karst yang ditambang.
Namun, walaupun penambangan sudah semakin massif dan modern merusak sebagian Gunung Hawu. Masih ada saja yang suka berkunjung ke Gunung Hawu. Sebab lengkungan alam /jembatan alam yang unik itu berhasil dilindungi oleh hukum negara, dilarang ada yang merusak itu. Oleh karenanya tebing di areal itu tak berani ada yang menganggu, dan ini menjadi daya tarik bagi para pegiat panjat tebing.
Tepat di areal lengkungan alam dulunya adalah tempat penduduk lokal berburu sarang walet. Sekarang tidak lagi, karena areal berburu sarang walet sekarang sudah terurug tanah akibat batu-batu Karst penyangga tanah dibabat habis dari atas. Juga di areal itu terdapat gua vertikal yang dalamnya kira-kira 50 meter. Di areal ini juga terdapat beberapa jalur panjat tebing yang dibuat oleh pegiat panjat tebing, terutama pegiat panjat tebing.
Memang sebagian pengunjung ada yang enggan berkunjung ke kawasan Gunung Hawu. Akhirnya mereka yang enggan karena takut tertimpa batu Karst penambangan memilih berwisata botram/’ngaliwet’ cukup di pesawahan dan perkebunan jambu yang ada di daerah bagian bawah Gunung Hawu.
Tepat di areal lengkungan alam dulunya adalah tempat penduduk lokal berburu sarang walet. Sekarang tidak lagi, karena areal berburu sarang walet sekarang sudah terurug tanah akibat batu-batu Karst penyangga tanah dibabat habis dari atas. Juga di areal itu terdapat gua vertikal yang dalamnya kira-kira 50 meter. Di areal ini juga terdapat beberapa jalur panjat tebing yang dibuat oleh pegiat panjat tebing, terutama pegiat panjat tebing.
Memang sebagian pengunjung ada yang enggan berkunjung ke kawasan Gunung Hawu. Akhirnya mereka yang enggan karena takut tertimpa batu Karst penambangan memilih berwisata botram/’ngaliwet’ cukup di pesawahan dan perkebunan jambu yang ada di daerah bagian bawah Gunung Hawu.
Walau bagaimana pun Gunung Hawu dengan lengkungan alamnya masih bagus untuk dikunjungi. Entah itu oleh pegiat panjat tebing, entah itu oleh wisatawan yang cukup punya keberanian menghalau rintangan pengusaha tambang (untuk kemudian berada di tengah arus antara keadaan alam yang rusak dengan keadaan alam yang masih asri). Yang jelas Gunung ini masih seksi untuk dikunjungi.
Berikut penulis akan kemukakan rute kendaraan dari arah Kota Bandung (tepatnya dari alun-alun Bandung), Bandung Timur (tepatnya dari gerbang tol Cileunyi), dan dari Terminal Leuwi Panjang.
Berikut penulis akan kemukakan rute kendaraan dari arah Kota Bandung (tepatnya dari alun-alun Bandung), Bandung Timur (tepatnya dari gerbang tol Cileunyi), dan dari Terminal Leuwi Panjang.
Dari alun-alun Bandung menuju kampung Cidadap, kendaraan yang digunakan adalah; bus damri jurusan alun-alun - Ciburuy kemudian turun di Parapatan Arab, dari Parapatan Arab naik ojeg. Ongkos naik bus damri sampai ke Parapatan Arab adalah Rp. 3000, sedangkan ongkos ojeg dari Parapatan Arab ke kampung Cidadap Rp. 4000. Selebihnya, dari kampung Cidadap untuk sampai ke Gunung Hawu, kita mesti jalan kaki, lewati sawah dan pemandangan yang hijau nan segar, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Buat mereka yang suka tradisional-tradisionalan ada juga rute naik delman/andong. Jika ingin naik delman, pengunjung bisa turun di tagog, hanya saja ongkos agak sedikit mahal Rp. 5000 per orang.
Buat temen-temen yang berada di kawasan Bandung bagian timur, bisa melalui gerbang tol Cileunyi mengenakan bus jurusan Puncak (Bogor) dengan ongkos per orang Rp. 5000. Prinsipnya sama, turun di Parapatan Arab atau di Tagog. Begitu pula dengan mereka yang dari Terminal Leuwi Panjang, naik bis jurusan Cianjur/Bogor dengan ongkos Rp. 4000. Patokannya, turun di Parapatan Arab atau di Tagog.
Buat temen-temen yang berada di kawasan Bandung bagian timur, bisa melalui gerbang tol Cileunyi mengenakan bus jurusan Puncak (Bogor) dengan ongkos per orang Rp. 5000. Prinsipnya sama, turun di Parapatan Arab atau di Tagog. Begitu pula dengan mereka yang dari Terminal Leuwi Panjang, naik bis jurusan Cianjur/Bogor dengan ongkos Rp. 4000. Patokannya, turun di Parapatan Arab atau di Tagog.
Dari Tagog atau dari Parapatan Arab, kawan-kawan akan disuguhi jalan berbatu dan terjal saat memasuki kampung Kepuh, yaitu kampung sebelum memasuki kampung yang dituju yaitu kampung Cidadap. Hingga saat ini, jalan di kawasan Kepuh hingga Cidadap ini sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak begitu saja oleh pemerintahan setempat, dalam hal ini Pemerintah Desa Padalarang. Padahal jika dilihat dari sumber daya alam dan manusia yang ada, kawasan Cidadap adalah kawasan sentra budidaya jambu biji merah untuk Kabupaten Bandung Barat. Dan organisasi petaninya cukup produktif, hingga petaninya memiliki penggilingan padi sendiri dan alat-alat yang menunjang kinerja tani lainnya. Tak lupa juga ada koperasi di situ sebagai wadah ekonomi para petani kawasan Cidadap.
Bisa juga pengunjung melalui jalur kampung Pamucatan dengan waktu tempuh relatif singkat menuju Gunung Hawu. Hanya saja melalui jalur itu tidak ada kebun jambu, dan tidak ada pesawahan. Seandainya kawan-kawan memilih jalur itu, dari arah Cileunyi atau Leuwi Panjang kawan-kawan cukup berhenti di jalan raya depan Pabrik Kurnia. Atau kawan-kawan yang dari arah alun-alun Bandung menggunakan damri cukup berhenti di objek wisata Situ Ciburuy, dari situ kemudian naik angkutan umum yang ke arah Cipatat, dengan ongkos Rp. 2000, berhenti di jalan raya depan Pabrik Kurnia.
Bisa juga pengunjung melalui jalur kampung Pamucatan dengan waktu tempuh relatif singkat menuju Gunung Hawu. Hanya saja melalui jalur itu tidak ada kebun jambu, dan tidak ada pesawahan. Seandainya kawan-kawan memilih jalur itu, dari arah Cileunyi atau Leuwi Panjang kawan-kawan cukup berhenti di jalan raya depan Pabrik Kurnia. Atau kawan-kawan yang dari arah alun-alun Bandung menggunakan damri cukup berhenti di objek wisata Situ Ciburuy, dari situ kemudian naik angkutan umum yang ke arah Cipatat, dengan ongkos Rp. 2000, berhenti di jalan raya depan Pabrik Kurnia.
kelihatannya adem banget tempatnya
BalasHapus