Sabtu, 03 Januari 2015

Curug Bubrug

    Curug atau air terjun merupakan fenomena alam yang mudah dijumpai di sekitar wilayah Bandung. Karena keanekaragaman tempat wisata itulah Bandung menjadi lokasi favorit bagi banyak orang untuk mengunjungi, melepaskan penat dan lelah dari kebosanan rutinitas harian. Dan Curug Bubrug menjadi salah satu tempat wisata yang layak Anda kunjungi karena eksotismenya, keindahan air terjun, dan kesejukan udara khas Kota Bandungnya.

     Curug Bubrug bisa dijangkau dengan terlebih dahulu berjalan kaki agak masuk dari tempat memarkir kendaraan. Sebelum sampai lokasi, sudah langsung tersaji lipatan lava yang kemudian akan disuguhi dengan hamparan selada air yang menyerupai permadani yang mengambang. Fungsinya ialah sebagai filter air sehingga terlihat kejernihan air disekitar Curug Bubrug tersebut.

     Makin mendekati air terjun, pohon selada air terlihat makin berkurang. Dan semakin dekat, akan semakin jelas suara jatuhan air brug…brug…brug. Dan mungkin karena itulah kemudian air terjun ini dinamakan Air Terjun (Curug) Bubrug. Kondisi airnya sangat jernih dan kondusif untuk berenang atau mandi tepat dibawah jatuhnya air terjun. Kedalamannya mencapai 3-4 meter. Jadi harap hati-hati bagi anak-anak atau orang dewasa yang tak bisa berenang.

     Memang jika dibandingkan dengan Curug Cimahi yang menjadi tetangganya, Curug Bubrug masih kalah tenar. Itulah salah satu penyebabnya, mengapa masih belum banyak orang yang kemudian berkunjung ke curug ini padahal dilihat dari segi potensinya tak kalah dengan Curug Cimahi. Curug ini sendiri berada di ketinggian sekitar 1.050 meter diatas permukaan laut (dpl). Di sekitar curug, terutama di sisi barat terdapat beberapa saung yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk bersantai dan menikmati panorama curug dari arah sebelah atas.  Sebuah mushala dan WC sederhana juga berdiri disana.

     Curug Bubrug berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat – Jawa Barat dekat pintu masuk CIC. Koordinat:  6°47'31.62"S; 107°34'48.26"T.



























Lipatan Lava dekat Curug Bubrug. Diambil pada Juni 2014.





























Batuan berlapis dekat Curug Bubrug. Diambil pada Juni 2014.

Jalan setapak menuju Curug Bubrug. Diambil pada Juni 2014.
 
Curug Bubrug. Diambil pada Juni 2014.







































Jernihnya air di Curug Bubrug. Diambil Juni 2014.










































Curug Bubrug. Diambil pada Juni 2014.






























Ladang Saladah dekat Curug Bubrug. Diambil pada Juni 2014.

Kamis, 01 Januari 2015

Gunung Hawu

     Gunung Hawu terletak diantara dua kampung; kampung Pamucatan dengan kampung Cidadap. Namun secara administratif gunung ini berada di kawasan kampung Cidadap (RW 12/RT 2). Lebih tepatnya, gunung ini berada di kawasan Desa Padalarang, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat (Bukan Desa Cipatat seperti yang diklaim pengusaha tambang). Koordinat: 6°50'5.47"S; 107°27'37.03"T.


      Gunung Hawu ini unik, karena membentuk gua (hawu) bila dilihat dari depan atau membentuk lubang bila dilihat dari atas. Adapun secara ilmiah gunung ini sering disebut-sebut memiliki lengkungan alam. Proses terbentuknya lengkungan alam di Gunung Hawu sangatlah unik dan menjadi perhatian ilmuan di bidang geologi. Malahan lengkungan alami yang ada di Gunung Hawu sering disetarakan dengan lengkungan alami yang ada di Amerika. Tepatnya disamakan dengan lengkungan alam yang ada di Virginia dan Utah. Besarnya dimensi lengkungan alam yang terdapat di Gunung Hawu, membuat ia disebut juga jembatan alam.
 



Lengkungan Alam Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.
      Adapun penamaan Hawu (bahasa Sunda yang berarti perapian yang membentuk lubang), berasal dari penduduk sekitar. Pasalnya penamaan Hawu hanya relevan saat kita melihat gunung ini dari arah perkampungan Cidadap. Hawu adalah tempat penduduk lokal memasak. Berbentuk lubang, lubangnya diisi kayu bakar, di atas lubang disematkan peralatan masak, seperti ;panci, katel dan lain-lain. Oleh karenanya penamaan Hawu hanya relevan jika kita melihatnya dari arah depan yaitu dari kampung Cidadap, tidak dari arah belakang/ kampung Pamucatan.

      Berbeda dengan kini. Kini di bagian atas Gunung Hawu sudah dijadikan areal pertambangan, batu kapur (Karst) yang ada di situ dikeruk sejadi-jadinya. Wisatawan atau pengunjung, sekalipun penduduk lokal jadi ‘ogah-ogahan’ berkunjung ke situ. Selain pemandangannya sudah tidak elok lagi, areal pertambangan memang berbahaya. Sewaktu-waktu bisa jadi ada batu yang berguguran tak terkendali jatuh ke bawah, itu berbahaya bisa-bisa menimpa pengunjung.

      Selain cara penambangannya yang sudah tidak sederhana lagi. Para pengusaha tambang, atas nama efisiensi dan efektifitas sudah meninggalkan cara-cara menambang batu secara tradisional. Cara-cara itu digantikan dengan cara yang lebih halus atau kasar, dengan massif dan teknik tinggi. Adakalanya pengusaha tambang menggunakan cara kasar yaitu dengan menanam dinamit kecil di dalam batu yang akan ditambang kemudian diledakan. Adakalanya menggunakan cara halus dengan cara menggergaji batu Karst yang ditambang.

      Namun, walaupun penambangan sudah semakin massif dan modern merusak sebagian Gunung Hawu. Masih ada saja yang suka berkunjung ke Gunung Hawu. Sebab lengkungan alam /jembatan alam yang unik itu berhasil dilindungi oleh hukum negara, dilarang ada yang merusak itu. Oleh karenanya tebing di areal itu tak berani ada yang menganggu, dan ini menjadi daya tarik bagi para pegiat panjat tebing.

      Tepat di areal lengkungan alam dulunya adalah tempat penduduk lokal berburu sarang walet. Sekarang tidak lagi, karena areal berburu sarang walet sekarang sudah terurug tanah akibat batu-batu Karst penyangga tanah dibabat habis dari atas. Juga di areal itu terdapat gua vertikal yang dalamnya kira-kira 50 meter. Di areal ini juga terdapat beberapa jalur panjat tebing yang dibuat oleh pegiat panjat tebing, terutama pegiat panjat tebing.

      Memang sebagian pengunjung ada yang enggan berkunjung ke kawasan Gunung Hawu. Akhirnya mereka yang enggan karena takut tertimpa batu Karst penambangan memilih berwisata botram/’ngaliwet’ cukup di pesawahan dan perkebunan jambu yang ada di daerah bagian bawah Gunung Hawu.

      Walau bagaimana pun Gunung Hawu dengan lengkungan alamnya masih bagus untuk dikunjungi. Entah itu oleh pegiat panjat tebing, entah itu oleh wisatawan yang cukup punya keberanian menghalau rintangan pengusaha tambang (untuk kemudian berada di tengah arus antara keadaan alam yang rusak dengan keadaan alam yang masih asri). Yang jelas Gunung ini masih seksi untuk dikunjungi.

      Berikut penulis akan kemukakan rute kendaraan dari arah Kota Bandung (tepatnya dari alun-alun Bandung), Bandung Timur (tepatnya dari gerbang tol Cileunyi), dan dari Terminal Leuwi Panjang.

      Dari alun-alun Bandung menuju kampung Cidadap, kendaraan yang digunakan adalah; bus damri jurusan alun-alun - Ciburuy kemudian turun di Parapatan Arab, dari Parapatan Arab naik ojeg. Ongkos naik bus damri sampai ke Parapatan Arab adalah Rp. 3000, sedangkan ongkos ojeg dari Parapatan Arab ke kampung Cidadap Rp. 4000. Selebihnya, dari kampung Cidadap untuk sampai ke Gunung Hawu, kita mesti jalan kaki, lewati sawah dan pemandangan yang hijau nan segar, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Buat mereka yang suka tradisional-tradisionalan ada juga rute naik delman/andong. Jika ingin naik delman, pengunjung bisa turun di tagog, hanya saja ongkos agak sedikit mahal Rp. 5000 per orang.

      Buat temen-temen yang berada di kawasan Bandung bagian timur, bisa melalui gerbang tol Cileunyi mengenakan bus jurusan Puncak (Bogor) dengan ongkos per orang Rp. 5000. Prinsipnya sama, turun di Parapatan Arab atau di Tagog. Begitu pula dengan mereka yang dari Terminal Leuwi Panjang, naik bis jurusan Cianjur/Bogor dengan ongkos Rp. 4000. Patokannya, turun di Parapatan Arab atau di Tagog.

      Dari Tagog atau dari Parapatan Arab, kawan-kawan akan disuguhi jalan berbatu dan terjal saat memasuki kampung Kepuh, yaitu kampung sebelum memasuki kampung yang dituju yaitu kampung Cidadap. Hingga saat ini, jalan di kawasan Kepuh hingga Cidadap ini sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak begitu saja oleh pemerintahan setempat, dalam hal ini Pemerintah Desa Padalarang. Padahal jika dilihat dari sumber daya alam dan manusia yang ada, kawasan Cidadap adalah kawasan sentra budidaya jambu biji merah untuk Kabupaten Bandung Barat. Dan organisasi petaninya cukup produktif, hingga petaninya memiliki penggilingan padi sendiri dan alat-alat yang menunjang kinerja tani lainnya. Tak lupa juga ada koperasi di situ sebagai wadah ekonomi para petani kawasan Cidadap.

      Bisa juga pengunjung melalui jalur kampung Pamucatan dengan waktu tempuh relatif singkat menuju Gunung Hawu. Hanya saja melalui jalur itu tidak ada kebun jambu, dan tidak ada pesawahan. Seandainya kawan-kawan memilih jalur itu, dari arah Cileunyi atau Leuwi Panjang kawan-kawan cukup berhenti di jalan raya depan Pabrik Kurnia. Atau kawan-kawan yang dari arah alun-alun Bandung menggunakan damri cukup berhenti di objek wisata Situ Ciburuy, dari situ kemudian naik angkutan umum yang ke arah Cipatat, dengan ongkos Rp. 2000, berhenti di jalan raya depan Pabrik Kurnia.



 
Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.



Jalan ke Lengkungan Gunung Hawu. Diambil Juni 2014.



 
Tebing Timur Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.


 
Tebing Barat Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.


 
Jalan menuju Gunung Hawu dari arah Gunung Pabeasan. Diambil pada Juni 2014.


 
Gunung Pabeasan dari Puncak Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.


 
Dari Puncak Gunung Hawu. Diambil Juni 2014.


 
Puncak Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.




Lengkungan Gunung Hawu. Diambil pada Juni 2014.




Hamparan Puncak Gunung Hawu dangan latar Gunung Pabeasan, Gunung Masigit, Pasir Pawon, dan Gunung Ketu. Diambil pada Juni 2014.



Terlihat Situ Ciburuy dari Puncak Gunung Hawu.

Garden Stone (Taman Batu) Citatah Padalarang

     Bagi Anda yang kerap melaju Bandung-Jakarta via Puncak dipastikan akan selalu melalui kawasan batuan kapur yang lumayan berpanorama. Daerah indah namun berdebu karena aktifitas penambangan batuan kapur inilah yang disebut dengan Taman Yosemit-nya Indonesia. Anda tahu Yosemite National Park di California Amerika Serikat? Di Indonesia, khususnya di Padalarang Bandung Barat potensi keindahan yang mirip dengan taman kesohor dari Negeri Paman Sam itu bisa juga disaksikan. 

     Orang yang hidup dimasa tahun 1980-an dan tahu bahkan pernah berkunjung ke kawasan pegunungan kapur Padalarang ini pasti akan setuju bahwa kawasan ini ketika itu sungguh memiliki potensi keindahan yang tiada duanya. Dulu, banyak pengguna jalan yang melewati kawasan ini rela untuk sejenak menunda perjalanan dan berhenti tepat di tepi jalan untuk sekadar menikmati pesona keindahan pegunungan kapur yang tampak di depan mata.

     Perbukitan yang ada di Padalarang tepatnya daerah Gunung Masigit dan Citatah tersusun oleh batuan utama berupa batuan gamping yang terbentuk dalam kurun waktu sangat lama, bisa sampai 20-30 juta tahun. Didalam batuan gamping itu terdapat jutaan fosil binatang laut yang sekaligus menjadi saksi bisu yang menggenangi kawasan tersebut puluhan juta tahun yang lalu ketika Oligosen sampai Miosen awal. Salah satunya adalah Garden Stone Citatah yang berlokasi di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Dengan Koordinat:  6°49'26.47"S; 107°26'18.28"T. Garden Stone sebenarnya adalah puncak Pasir Pawon dan dibawahnya Gua Pawon yang didalamnya terdapat situs manusia purba, jadi Garden Stone Citatah dan Situs Gua Pawon itu satu komplek. 

     Karena Daerah ini merupakan daerah penghasil batu kapur, Garden Stone dan Situs Gua Pawon terancam oleh penambangan kapur dan di sekitarnya sudah cukup memprihatinkan. Namun, perlu ada tindakan dari pemerintah dan LSM untuk menyelamatkan 2 Objek wisata ini.

     Untuk mencapai Garden Stone Citatah terdapat 2 jalur, yaitu jalur Gunung Masigit dan jalur Gua Pawon. Jalur ke Garden Stone yang paling dekat dengan Jalan Raya Bandung-Cianjur adalah jalur Gunung Masigit. Jalur ini jalannya berbatu-batu dan kadang-kadang becek di musim hujan dan berdebu di musim kemarau. Jika anda lewat jalur ini anda akan menjumpai tempat-tempat kerajinan batu kapur dan lalu lalang truk-truk pengangkut batu kapur ke pabrik.

Peta Garden Stone Citatah dari Padalarang.




Peta Garden Stone Citatah dan Situs Gua Pawon. Garis Biru: Jalur Gunung Masigit, Garis Merah: Jalur Gua Pawon.

     Jika anda datang dari Stasiun Padalarang, anda tinggal jalan sedikit ke arah barat dan naik angkot jurusan Padalarang-Rajamandala. Jika belum tahu minta turun di Gunung Masigit/Pertigaan Bukit Asar, pokoknya patokannya Masjid berdinding Marmer (Namanya Lupa Lagi.. hhe..) terlihat dari Jalan Raya. Ongkos dari stasiun ke Garden Stone hanya Rp 4000-5000. Dari Masjid itu, telusuri saja jalan berbatu kapur sampai pabrik, nanti dari pabrik belok kiri yang banyak batu kapur terus aja sampai mendekat Gunung Masigit, kemudian anda akan menemui warung terus belok kanan, jalannya bertanah merah dan terus lurus nanti ada tempat penjualan tiket masuk. Tiket masuknya sekitar Rp 3000. Saya baru tahu sekarang ada tiket masuknya, padahal 1,5 tahun lalu belum ada. Tahun lalu terakhir bulan Oktober, Dari Bandung - Padalarang PP naik KRD Rp 3000, naik Angkot dari Padalarang - Gunung Masigit Rp 8000 PP. Jadi, Ongkos dari Bandung sampai Garden Stone Citatah PP cuma habis Rp 11000. Entah sekarang berapa? mungkin sekarang Rp 20000, itu sudah termasuk tiket masuk ke Garden Stone.

Jika anda sudah melihat Gunung Masigit ini di jalan raya berarti Garden Stone sudah dekat. Diambil pada Juni 2014.


Jalan menuju Garden Stone Citatah via Gunung Masigit.

Tempat pengolahan Batu Kapur. Diambil pada Juni 2014.



  



































 

Jalan Akses ke Garden Stone via Gunung Masigit. Diambil pada Juni 2014


Tambang Kapur dan Pabrik Bukit Asar dengan Latar Gunung Masigit. Diambil pada Juni 2014

Menuju Garden Stone dan Gunung Masigit. Diambil pada Juni 2014

Menuju Garden Stone lewat jalan bawah jalur sama. Diambil pada Juni 2014

Setelah ketemu warung telusuri jalan bertanah merah. Diambil pada Juni 2014

Jalan ke Garden Stone, lurus saja. Diambil pada Juni 2014

Masuk Semak Belukar menuju Garden Stone Citatah,sekarang sudah dibersihkan jadi warung-warung. Diambil pada Juni 2014

Jalan Menuju Garden Stone Citatah. Sekarang disini ada tempat tiket masuk. Diambil pada Juni 2014

Jalan Ke Garden Stone ketika masih banyak semak belukar. Diambil pada Juni 2014

Gunung Masigit dari Garden Stone Citatah. Diambil pada Juni 2014

Gunung Masigit dan Pasir Bancana dari Garden Stone Citatah. Diambil pada Juni 2014
Garden Stone Citatah. Diambil pada Juni 2014

Garden Stone dari puncak Pawon. Diambil pada Juni 2014

Gerbang Batu di Garden Stone (Taman Batu). Diambil pada Juni 2014

Garden Stone. Diambil pada Juni 2014

Gunung Ketu dari Garden Stone. Diambil pada Juni 2014.

Garden Stone ke arah Gua Pawon. Diambil pada Juni 2014.



Photo diambil pada Juni 2014.









































Garden Stone diambil pada Oktober 2014.